easter-japanese

“Ia yang jalannya tidak engkau ketahui, Tidak dari mana ia datang juga tidak ke mana ia pergi; Walaupun ia datang entah dari mana, Engkau menangisi orang itu, meratap, ‘Oh anakku!’

Tetapi ia yang jalannya engkau ketahui, Dari mana mereka datang atau ke mana mereka pergi; Engkau tidak meratapi orang itu— Demikianlah sifat makhluk-makhluk hidup.

Tanpa diminta ia datang, Ia pergi tanpa pamit. Ia pasti telah datang dari suatu tempat, Dan berdiam selama entah berapa hari. Ia pergi dari sini melalui satu jalan, Ia akan pergi dari sana melalui jalan lainnya.

Dengan bepergian dalam bentuk manusia, Ia akan melanjutkan transmigrasi. Sebagaimana ia datang, demikian pula ia pergi: Mengapa meratapi hal itu?”

“Oh! Karena Engkau telah mencabut anak panah dariku, Yang begitu sulit dilihat, tersembunyi dalam batin. Engkau telah menyingkirkan kesedihan atas putraku Yang di dalamnya aku pernah terbenam.

Hari ini aku telah mencabut anak panah, Aku tidak lapar, padam. Aku berlindung pada Sang Bijaksana itu, Sang Buddha, Pada ajaranNya, dan pada Sangha.”

Demikianlah Paṭācārā, yang memiliki lima ratus pengikut, menyatakan pencerahannya.

Didera kesedihan atas putraku, Gila, kehilangan akal sehatku, Telanjang, rambutku beterbangan, Aku mengembara ke sana-sini.

Aku menetap di tumpukan sampah, Di pemakaman dan jalan-jalan raya. Selama tiga tahun aku mengembara, Dilanda kelaparan dan kehausan.

Kemudian aku bertemu Yang Suci, Yang telah pergi ke kota Mithilā. Penjinak mereka yang belum jinak, Yang Tercerahkan tidak takut pada apapun dari segala penjuru.

Setelah akal sehatku pulih, Aku bersujud dan duduk. Berkat belas kasihan Gotama mengajarkan Dhamma kepadaku.

Setelah mendengarkan ajaran Beliau, Aku meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah. Mengerahkan diriku pada kata-kata Sang Guru, Aku merealisasikan keadaan agung.

Segala dukacita terpotong, Ditinggalkan, berakhir di sini. Aku telah sepenuhnya memahami landasan Dari mana kesedihan muncul.

[Māra:]

“Engkau begitu muda dan cantik! Aku juga muda, seorang pemuda. Marilah, Khemā, mari kita menikmati Musik lima-utas.”

[Khemā Therī:]

“Tubuh ini sedang membusuk, Sakit dan rapuh, Aku takut dan muak padanya, Dan aku telah menghapuskan ketagihan indriawi.

Kenikmatan indria adalah bagaikan pedang dan tombak Agregat-agregat adalah alas pemotongnya. Apa yang engkau sebut kesenangan indria Adalah tidak menyenangkan bagiku sekarang.

Kesenangan dihancurkan dalam segala aspek, Dan kumpulan kegelapan dihancurkan. Jadi ketahuilah ini, Yang Jahat: Engkau terkalahkan, pembasmi!”

“Menyembah bintang-bintang, Melayani api suci di hutan; Tidak mampu menangkap sifat sejati segala sesuatu, Bodohnya aku, aku pikir ini adalah kemurnian.

Tetapi sekarang aku menyembah Yang Tercerahkan, Yang tertinggi di antara manusia. Dengan melakukan nasihat Sang Guru, Aku terbebaskan dari segala penderitaan.”

Aku berhiaskan perhiasan dan segala dandanan, Dengan kalung bunga, dan riasan cendana menumpuk, Semuanya ditutupi dengan perhiasan Dan dikelilingi oleh para pelayanku.

Dengan membawa makanan dan minuman, Yang padat dan lezat dalam jumlah yang tidak sedikit, Aku meninggalkan rumahku Dan berangkat menuju taman.

Aku bersenang-senang di sana dan bermain-main, Dan kemudian, ketika kembali menuju rumahku, Aku melihat sebuah kediaman monastik, Maka aku memasuki hutan Añjana di Sāketa.

Melihat Sang Cahaya Dunia, Aku bersujud dan duduk. Berkat belas kasihan Sang Pelihat mengajarkan Dhamma kepadaku.

Ketika aku mendengarkan Sang Petapa Agung, Aku menembus kebenaran. Di sana juga aku menemukan Dhamma, Yang tanpa noda, kondisi tanpa-kematian.

Kemudian, setelah memahami ajaran sejati, Aku meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah. Aku telah mencapai tiga pengetahuan; Nasihat Sang Buddha tidaklah sia-sia.

Aku dilahirkan dalam keluarga terpandang, Makmur dan kaya-raya, Memiliki wajah dan sosok yang cantik; Putri Majjha yang sejati.

Aku diinginkan oleh para pangeran, Disukai oleh putra-putra dari keluarga kaya. Seseorang mengutus utusan kepada ayahku: “Berikan Anopamā kepadaku!

Berapapun berat badan putrimu Anopāma, Aku akan memberimu delapan kali lipat Dalam bentuk emas dan permata.”

Ketika aku melihat Yang Tercerahkan, Sesepuh dunia, yang tak terlampaui, Aku bersujud di kaki Beliau, Kemudian duduk di satu sisi.

Berkat belas kasihan, Gotama mengajarkan Dhamma kepadaku. Selagi duduk di tempat duduk itu, Aku merealisasikan buah ke tiga.

Kemudian, setelah memotong rambutku, Aku meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah. Ini adalah hari ke tujuh Sejak ketagihanku mengering.

Oh Buddha, pahlawanku: hormat kepadaMu! Yang tertinggi di antara semua makhluk, Yang membebaskan aku dari penderitaan, Serta banyak makhluk lainnya juga.

Semua penderitaan sepenuhnya dipahami; Ketagihan—penyebabnya—mengering; Jalan berunsur delapan telah dikembangkan; Dan lenyapnya telah direalisasikan olehku.

Sebelumnya aku adalah seorang ibu, seorang putra, Seorang ayah, seorang saudara, dan seorang nenek. Tidak mampu menangkap sifat sejati segala ssuatu, Aku telah bertransmigrasi tanpa hasil.

Sejak aku bertemu Sang Bhagavā, Kantong tulang-belulang ini adalah yang terakhir bagiku. Transmigrasi melalui kelahiran-kelahiran telah usai, Sekarang tidak ada lagi kehidupan di masa depan.

Aku melihat para siswa dalam kerukunan, Bersemangat dan teguh, Selalu penuh semangat— Ini adalah penghormatan kepada para Buddha!

Adalah sungguh demi manfaat banyak makhluk bahwa Māyā melahirkan Gotama. Beliau menyingkirkan kumpulan penderitaan Pada mereka yang didera penyakit dan kematian.

Guttā, engkau telah meninggalkan anakmu, Kekayaanmu, dan semua yang engkau cintai. Kejarlah tujuan yang karenanya engkau meninggalkan keduniawian; Jangan jatuh di bawah kendali pikiran.

Makhluk-makhluk tertipu oleh pikiran, Yang bermain dalam wilayah Māra, Dungu, mereka melanjutkan perjalanan, Bertransmigrasi melalui kelahiran kembali yang tak terhitung banyaknya.

Keinginan indria dan niat buruk, Dan pandangan identitas; Kekeliruan dalam aturan dan pelaksanaan, Dan keragu-raguan sebagai yang ke lima.

O bhikkhunī, ketika engkau telah meninggalkan Belenggu-belenggu yang lebih rendah ini, Engkau tidak akan kembali Ke dunia ini lagi.

Dan ketika engkau meninggalkan keserakahan, Keangkuhan, ketidaktahuan, dan kegelisahan, Setelah memotong belenggu-belenggu, Engkau akan mengakhiri penderitaan.

Setelah menghapuskan transmigrasi, Dan sepenuhnya memahami kelahiran kembali, Tanpa lapar dalam kehidupan ini, Engkau akan hidup dengan damai.

Empat atau lima kali Aku meninggalkan tempat kediamanku; Aku telah gagal menemukan kedamaian batin, Atau kendali apapun atas pikiranku.

Aku mendatangi seorang bhikkhunī Dan dengan sopan bertanya kepadanya. Ia mengajarkan Dhamma kepadaku: Elemen-elemen dan bidang-bidang indria,

Empat Kebenaran Mulia, Indria-indria dan kekuatan-kekuatan, Faktor-faktor pencerahan, dan jalan berunsur delapan Demi mencapai tujuan tertinggi.

Setelah mendengar kata-katanya, Aku melakukan nasihatnya. Pada jaga pertama malam itu, Aku mengingat kehidupan-kehidupan lampauku.

Pada jaga pertengahan malam itu, Aku memurnikan mata-dewaku. Pada jaga terakhir malam itu, Aku menghancurkan kumpulan kegelapan.

Kemudian aku bermeditasi dengan meliputi tubuhku Dengan sukacita dan kebahagiaan. Pada hari ke tujuh aku meregangkan kakiku, Setelah menghancurkan kumpulan kegelapan.