easter-japanese

“Para bhikkhu, ketika ia memiliki tujuh kualitas, seorang bhikkhu dapat segera merealisasikan empat pengetahuan analitis untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung dan memperoleh kemahiran atas pengetahuan-pengetahuan itu.1 Apakah tujuh ini?

“Di sini, (1) seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Ini adalah kelambanan pikiran dalam diriku.’2 (2) Atau ketika pikirannya mengerut secara internal, ia memahami sebagaimana adanya: ‘Pikiranku mengerut secara internal.’ (3) Atau ketika pikirannya teralihkan secara eksternal, ia memahami sebagaimana adanya: ‘Pikiranku teralihkan secara eksternal.’3 (4) Ia mengetahui perasaan-perasaan ketika munculnya, ketika berlangsungnya, ketika lenyapnya; (5) ia mengetahui persepsi-persepsi ketika munculnya, [33] ketika berlangsungnya, ketika lenyapnya; (6) ia mengetahui pemikiran-pemikiran ketika munculnya, ketika berlangsungnya, ketika lenyapnya.4 (7) Kemudian, di antara kualitas-kualitas yang layak dan tidak layak, rendah dan unggul, gelap dan terang bersama dengan pendamping-pendampingnya, ia telah menangkap gambaran itu dengan baik, mengingatnya dengan baik, merefleksikannya dengan baik, dan menembusnya dengan baik melalui kebijaksanaan.5 Ketika ia memiliki ketujuh kualitas ini, seorang bhikkhu dapat segera merealisasikan empat pengetahuan analitis untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung dan memperoleh kemahiran atas pengetahuan-pengetahuan itu.”


Catatan Kaki
  1. Tentang empat pengetahuan analitis (paṭisambhidā), baca 4:172↩︎

  2. Saya menerjemahkan teks ini persis apa adanya, tetapi tampaknya dalam perjalanan penyampaiannya sebuah frasa telah hilang yang menyiratkan kelambanan pikiran yang muncul pada kesempatan tertentu. Oleh karena itu Mp menambahkan frasa yang hilang itu, uppanne cetaso līnatte, “ketika kelambanan pikiran telah muncul.” ↩︎

  3. Mp menghubungkan pengerutan internal dengan ketumpulan dan kantuk, dan pengalihan eksternal dengan ketertarikan pada kelima objek kenikmatan indria. Sehubungan dengan hal ini, baca SN 51:20, 279,28-280,4. ↩︎

  4. Pada 4:41 §3, ini disebut “pengembangan konsentrasi yang mengarah pada perhatian dan pemahaman jernih.” Mp: “Perasaan, dan seterusnya, adalah akar dari proliferasi pikiran (papañca). Karena perasaan adalah akar ketagihan, yang muncul berhubungan dengan kenikmatan. Persepsi adalah akar pandangan, yang muncul pada objek yang tidak jelas. Dan pemikiran adalah akar keangkuhan, yang muncul melalui pemikiran, ‘Aku.’” ↩︎

  5. Mp menjelaskan “gambaran” (nimitta) di sini sebagai penyebab (kāraṇa). ↩︎