easter-japanese

Yang Mulia Mahākaccāna berkata kepada para bhikkhu: “Teman-teman, para bhikkhu!”

“Teman!” para bhikkhu itu menjawab.

Yang Mulia Mahākaccāna berkata sebagai berikut:

“Sungguh menakjubkan dan mengagumkan, teman-teman, bahwa Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, yang mengetahui dan melihat, telah menemukan bukaan di tengah-tengah kurungan bagi pemurnian makhluk-makhluk, untuk mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan nibbāna, yaitu, enam subjek pengingatan.1 Apakah enam ini?

(1) “Di sini, teman-teman, seorang siswa mulia mengingat Sang Tathāgata sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant … Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Sang Tathāgata, maka pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, [315] atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus. Ia telah menjauh dari keserakahan, membebaskan dirinya dari keserakahan, keluar dari keserakahan. ‘Keserakahan,’ teman-teman, adalah sebutan untuk kelima objek kenikmatan indria. Siswa mulia ini berdiam dengan pikiran yang sepenuhnya bagaikan angkasa: luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan dan tanpa niat buruk. Setelah menjadikan hal ini sebagai landasan, beberapa makhluk di sini menjadi murni dengan cara demikian.2

(2) “Kemudian, seorang siswa mulia mengingat Dhamma sebagai berikut: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā … untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Dhamma, maka pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus. Ia telah menjauh dari keserakahan … beberapa makhluk di sini menjadi murni dengan cara demikian.

(3) “Kemudian, seorang siswa mulia mengingat Saṅgha sebagai berikut: ‘Saṅgha para siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik … lahan jasa yang tiada taranya di dunia.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Saṅgha, maka pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus. Ia telah menjauh dari keserakahan … [316] … beberapa makhluk di sini menjadi murni dengan cara demikian.

(4) “Kemudian, seorang siswa mulia mengingat perilaku bermoralnya sendiri yang tidak rusak, tidak cacat, tanpa noda, tanpa bercak, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak digenggam, mengarah pada konsentrasi.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat perilaku bermoralnya, maka pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus. Ia telah menjauh dari keserakahan … beberapa makhluk di sini menjadi murni dengan cara demikian.

(5) “Kemudian, seorang siswa mulia mengingat kedermawanannya sendiri sebagai berikut: ‘Sungguh ini adalah keberuntungan bagiku … bahwa di dalam populasi yang dikuasai oleh noda kekikiran, aku berdiam di rumah dengan pikiran yang hampa dari noda kekikiran … bersenang dalam memberi dan berbagi.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat kedermawanannya, maka pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus. Ia telah menjauh dari keserakahan … beberapa makhluk di sini menjadi murni dengan cara demikian.

(6) “Kemudian, seorang siswa mulia mengingat para dewata sebagai berikut: ‘Ada para deva [yang dipimpin oleh] empat raja deva … [317] … Keyakinan demikian juga ada padaku … perilaku bermoral demikian … pembelajaran demikian … kedermawanan demikian … kebijaksanaan demikian juga ada padaku seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka terlahir kembali di sana.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat keyakinan, perilaku bermoral, pembelajaran, kedermawanan, dan kebijaksanaan dalam dirinya dan dalam diri para dewata itu, maka pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus. Ia telah menjauh dari keserakahan, membebaskan dirinya dari keserakahan, keluar dari keserakahan. ‘Keserakahan,’ teman-teman, adalah sebutan untuk kelima objek kenikmatan indria. Siswa mulia ini berdiam dengan pikiran yang sepenuhnya bagaikan angkasa: luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan dan tanpa niat buruk. Setelah menjadikan hal ini sebagai landasan, juga, beberapa makhluk di sini menjadi murni dengan cara demikian.

“Sungguh menakjubkan dan mengagumkan, teman-teman, bahwa Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, yang mengetahui dan melihat, telah menemukan bukaan di tengah-tengah kurungan bagi pemurnian makhluk-makhluk, untuk mengatasi dukacita dan ratapan, demi lenyapnya kesakitan dan kesedihan, demi pencapaian metode, demi merealisasikan nibbāna, yaitu, keenam subjek pengingatan ini.”


Catatan Kaki
  1. Mp: “Di tengah-tengah kurungan (sambādhe): di tengah-tengah kurungan kelima objek kenikmatan indria. Telah menemukan bukaan (okāsādhigamo): bukaan adalah keenam subjek pengingatan, yang telah Beliau temukan.” ↩︎

  2. Di mana sutta sebelumnya menulis idh’ekacce sattā visujjhānti, sutta yang sekarang ini menuliskan idh’ekacce sattā visuddhidhammā bhavanti. Tidak ada perbedaan dalam makna. ↩︎