easter-japanese

“Para bhikkhu, ada sebuah negeri di selatan yang bernama Dhovana1 [‘Mencuci’], di mana terdapat makanan, minuman, penganan, bahan makanan, kudapan, tonikum, tarian, nyanyian, dan musik. Ada ‘Mencuci’ ini, para bhikkhu, Aku tidak menyangkalnya. Namun ‘Mencuci’ ini adalah rendah, biasa, untuk kaum duniawi, tidak mulia, tidak bermanfaat; tidak mengarah pada kekecewaan, pada kebosanan, pada lenyapnya, pada kedamaian, pada pengetahuan langsung, pada pencerahan, pada nibbāna.

“Tetapi Aku akan mengajarkan, para bhikkhu, suatu mencuci yang mulia yang mengarah hanya pada kekecewaan, pada kebosanan, pada lenyapnya, pada kedamaian, pada pengetahuan langsung, pada pencerahan, pada nibbāna. Dengan bergantung pada mencuci ini, makhluk-makhluk yang tunduk pada kelahiran menjadi terbebas dari kelahiran; makhluk-makhluk yang tunduk pada penuaan menjadi terbebas dari penuaan; makhluk-makhluk yang tunduk pada kematian menjadi terbebas dari kematian; makhluk-makhluk yang tunduk pada dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan menjadi terbebas dari dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan. Dengarkan dan perhatikanlah dengan seksama. Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante.” Para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Dan apakah, para bhikkhu, mencuci yang mulia itu? [217]

(1) “Pada seorang yang memiliki pandangan benar, maka pandangan salah menjadi tercuci, dan berbagai kualitas buruk yang tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan pandangan salah sebagai kondisinya juga menjadi tercuci, dan dengan pandangan benar sebagai kondisi, maka berbagai kualitas bermanfaat mencapai pemenuhan melalui pengembangan.

(2)-(9) “Pada seorang yang memiliki kehendak benar, maka kehendak salah menjadi tercuci … Pada seorang yang memiliki ucapan benar, maka ucapan salah menjadi tercuci … Pada seorang yang memiliki perbuatan benar, maka perbuatan salah menjadi tercuci … Pada seorang yang memiliki penghidupan benar, maka penghidupan salah menjadi tercuci … Pada seorang yang memiliki usaha benar, maka usaha salah menjadi tercuci … Pada seorang yang memiliki perhatian benar, maka perhatian salah menjadi tercuci … Pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, maka konsentrasi salah menjadi tercuci … Pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, maka pengetahuan salah menjadi tercuci …

(10) “Pada seorang yang memiliki kebebasan benar, maka kebebasan salah menjadi tercuci, dan berbagai kualitas buruk yang tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan kebebasan salah sebagai kondisinya juga menjadi tercuci, dan dengan kebebasan benar sebagai kondisi, maka berbagai kualitas bermanfaat mencapai pemenuhan melalui pengembangan.

“Ini, para bhikkhu, adalah mencuci yang mulia itu yang mengarah hanya pada kekecewaan, pada kebosanan, pada lenyapnya, pada kedamaian, pada pengetahuan langsung, pada pencerahan, pada nibbāna. Dengan bergantung pada mencuci ini, makhluk-makhluk yang tunduk pada kelahiran menjadi terbebas dari kelahiran; makhluk-makhluk yang tunduk pada penuaan menjadi terbebas dari penuaan; makhluk-makhluk yang tunduk pada kematian menjadi terbebas dari kematian; makhluk-makhluk yang tunduk pada dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan menjadi terbebas dari dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan.” [218]


Catatan Kaki
  1. Mp menjelaskan bahwa di negeri ini, orang-orang tidak mengkremasi sanak-saudaranya yang meninggal dunia melainkan mengubur mereka. Setelah jasadnya membusuk, mereka menggali tulang-belulangnya, mencucinya, menyusunnya, dan menyembahnya dengan dupa dan bunga. Ketika sebuah bintang [yang menguntungkan] muncul, mereka mengambil tulang-belulang itu dan menangis dan meratap, setelah itu mereka memainkan [permainan] bintang. ↩︎